CARA MENDIDIK ANAK MENURUT AL-QUR’AN
Oleh: Hamilatul Barroh
Memiliki seorang anak merupakan dambaan dari setiap orang tua. Hal ini adalah salah satu unsur yang dibutuhkan dalam sebuah keluarga. Tapi, mendidik anak tidak semudah membalikkan tangan, perlu banyak ilmu yang kita butuhkan untuk menciptakan anak yang sholih, cerdas, menjadi kebanggaan orang tua.
Adapun tips-tips yang harus kita terapkan dalam mendidik anak yang pertama di antaranya adalah dengan cara memberikan teladan. Ini yang berperan paling utama adalah Ibu. Karena Ibu adalah guru pertama dalam mendidik anak. tidak hanya ibu, tapi kedua orang tualah yang mempengaruhi sikap dan kepribadian anak. karena anak terlahir di dunia ini ibarat kertas yang putih dan bersih, tinggal orang tuanya dan lingkungannya lah yang akan menentukan apakah kelak dia akan mengisi kertas yang putih itu dengan gambar yang baik atau justru sebaliknya. Karena anak-anak belajar dimulai dengan cara melihat dan mendengar. Maka, kita sebagai orang tua harus bisa menjadi “uswah hasanah” bagi anak-anak kita.
Banyak sekali terjadi kegagalan dalam mendidik anak, apalagi zaman sekarang dunianya semakin bobrok, penyimpangan sudah menjadi makanan sehari-hari kita. Apabila kita tidak mampu mendidik anak, maka anak akan mudah oleh terbawa arusnya zaman yaitu kerusakan moral dan pendidikan seiring dengan rusaknya zaman. Kegagalan ini bisa terjadi karena banyak sebab, diantaranya adalah karena orang tua yang berpendidikan minim, tentunya kewalahan untuk bisa mendidik anak. Biasanya orang tua macam ini menitipkan anaknya kepada baby sister atau pembantu dirumah. atau bisa juga karena orang tua tidak bisa meneladankan perilaku kepada anaknya atau mempunyai kebiasaan buruk. Ada pepatah yang mengatakan “buah tidak jatuh dari pohonnya”. Pepatah ini benar sekali bahwa anak adalah cermin dari orang tuanya.jika kita ingin mengajarkan kejujuran maka kita juga harus jujur, jika kita ingin mengajarkan sopan santun maka kita juga harus berperilaku sopan santun. Didalam alQur’an pun sudah dijelaskan “ata’muruunannaasa bilbirri watansauna anfusakum wa’antum tatluunal kitaab, afalaa ta’qiluun”.
Yang kedua yaitu kita harus memberikan pengertian kepada mereka, yaitu dengan teori-teori kehidupan yang baik yang akan berguna untuk kesuksesan anak di masa depan. Contoh pengertian tentang kejujuran, kedisiplinan, dll. dengan kita memberikan pengertian dengan cara tersebut berarti orang tua harus menambah ilmu-ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara hidup yang baik sehingga mereka cepat dewasa.
Yang ketiga adalah kita harus memberikan penderitaan artificial, yaitu anak dipaksa untuk bekerja dan merasakan penderitaan. Karena penderitaan anak diwaktu kecil akan membangkitkan mental yang berguna untuk masa depan maksudnya untuk menghasilkan seorang anak yang sukses kita tidak boleh memanjakan mereka. Justru mereka harus dilatih hidup penderitaan dan perjuangan mulai dari kecil, sehingga di masa depan mereka mampu menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Penderitaan artificial bukan berarti anak disiksa untuk menderita, tapi bermaksud agar anak dikondisikan serba terbatas dan ada syarat untuk menginginkan sesuatu yaitu sesuai kebutuhan dan untuk memotivasi kearah yang positif dan tidak berlebihan.
Yang keempat yaitu kita harus memberi dorongan kepada anak agar berani mencoba sesuatu. Itu bisa kita ajarkan dengan cara terus menerus memotivasi dan melatih mereka untuk mencoba mengikuti lomba-lomba, seperti lomba pidato, menyanyi, menari, dll agar mereka terbiasa tampil didepan dari kecil sehingga diwaktu dewasa mereka menjadi orang yang pemberani dan pejuang.
Yang kelima adalah konsisten, yaitu memberi peraturan yang tetap kepada anak, sampai mereka mengalami perubahan yang positif dan menjadi kebiasaan. Bila kita tidak konsisten, maka anak semakin membantah ajaran-ajaran kita dan menyepelekan kita, karena tidak ada kepercayaan sama sekali dari mereka, dan mereka seringnya selalu mencari-cari alasan dengan memberi celah untuk bisa melanggar aturan yang telah kita buat, dan itu jangan sampai membuat kita goyah. dan yang lebih parah lagi, perilaku ketidakkonsisten kita dijadikan pedoman hidup bagi anak. Tentunya ini sangat tragis sekali.
Yang keenam adalah bersikap lembut, ini sangat penting untuk kita terapkan karena tidak jarang sekali banyak orang tua yang menasehati anaknya dengan bentakan atau amarah, itu semua bukan malah membuat mereka jera tapi menjadi frustasi, karena anak pada umumnya tidak dapat merespon dengan baik bila kita hadapi mereka dengan bentakan atau amarah. Solusi yang terbaik adalah menghadapi mereka dengan tegas. Jika mereka tetap membangkang kita, maka kita harus mencari jalan yang lain, jika mereka tetap tidak mau setelah kita berusaha semaksimal mungkin, maka kita baru boleh memukul mereka. Karena anak adalah titipan Tuhan untuk kita didik sebaik dan semaksimal mungkin. Kita berperilaku tegas bukan berarti bersikap keras. Seperti yang di terapkan Nabi Muhammad terhadap kaumnya, tapi kewajibannya berbeda dengan mendidik anak. Beliau dalam menghadapi kaumnya yang tidak beriman dengan cara menasehati dengan baik. Jika mereka tidak mau, maka Beliau hanya menyampaikan. Tapi ini bagi kaum jaahiliin, beda dengan anak yang harus di didik semaksimal mungkin. karena dial-Qur’an kita diperintah untuk wa a’ridh anil jaahiliin, maksudnya jika mereka ketika dinasehati tetap berpaling, maka kita harus berpaling dari mereka. Karena tidak mungkin allah menciptakan manusia di dunia ini beriman semua. (walau syaa’a robbuka la’aamana man fil aldhi kulluhum jamii’aa. Afa anta tukrihunnaasa hattaa yakuunuu mu’miniin).
Yang ketujuh adalah kita harus memuji dan membesarkan hati mereka ketika mereka melakukan hal yang positif. Ini dinamakan “labeling”, maksudnya jika kita menganggap mereka hebat, maka mereka akan menjadi lebih semangat atau merasa termotivasi dan bila mereka berbuat buruk, maka mereka akan merasa malu karena sudah dipercaya menjadi orang hebat. Berbeda lagi jika kita mengatakan kepada mereka sesuatu yang buruk, maka mereka akan frustasi, karena mereka sudah merasa tidak dipercaya orang lain dan mereka merasa sia-sia untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Yang kedelapan adalah mnjelaskan kepada mereka maksud dan tujuan yang kita tetapkan kepada mereka, mengapa mereka harus mematuhi peraturan yang telah kita buat. Ini bertujuan agar mereka bisa mengambil pelajaran dan agar mereka bisa menerima atas ajaran-ajaran kita.
Maka dari itu, perlunya kita mendidik anak dari kecil dengan berusaha keras agar pada waktu dewasa mereka mampu berinteraksi dengan masyarakat dengan baik, berjiwa pemimpin, pemberani, pejuang, dan bertanggung jawab.
Penerima Beasiswa Unggulan tahfidh di Monash Institute,
Oleh: Hamilatul Barroh
Memiliki seorang anak merupakan dambaan dari setiap orang tua. Hal ini adalah salah satu unsur yang dibutuhkan dalam sebuah keluarga. Tapi, mendidik anak tidak semudah membalikkan tangan, perlu banyak ilmu yang kita butuhkan untuk menciptakan anak yang sholih, cerdas, menjadi kebanggaan orang tua.
Adapun tips-tips yang harus kita terapkan dalam mendidik anak yang pertama di antaranya adalah dengan cara memberikan teladan. Ini yang berperan paling utama adalah Ibu. Karena Ibu adalah guru pertama dalam mendidik anak. tidak hanya ibu, tapi kedua orang tualah yang mempengaruhi sikap dan kepribadian anak. karena anak terlahir di dunia ini ibarat kertas yang putih dan bersih, tinggal orang tuanya dan lingkungannya lah yang akan menentukan apakah kelak dia akan mengisi kertas yang putih itu dengan gambar yang baik atau justru sebaliknya. Karena anak-anak belajar dimulai dengan cara melihat dan mendengar. Maka, kita sebagai orang tua harus bisa menjadi “uswah hasanah” bagi anak-anak kita.
Banyak sekali terjadi kegagalan dalam mendidik anak, apalagi zaman sekarang dunianya semakin bobrok, penyimpangan sudah menjadi makanan sehari-hari kita. Apabila kita tidak mampu mendidik anak, maka anak akan mudah oleh terbawa arusnya zaman yaitu kerusakan moral dan pendidikan seiring dengan rusaknya zaman. Kegagalan ini bisa terjadi karena banyak sebab, diantaranya adalah karena orang tua yang berpendidikan minim, tentunya kewalahan untuk bisa mendidik anak. Biasanya orang tua macam ini menitipkan anaknya kepada baby sister atau pembantu dirumah. atau bisa juga karena orang tua tidak bisa meneladankan perilaku kepada anaknya atau mempunyai kebiasaan buruk. Ada pepatah yang mengatakan “buah tidak jatuh dari pohonnya”. Pepatah ini benar sekali bahwa anak adalah cermin dari orang tuanya.jika kita ingin mengajarkan kejujuran maka kita juga harus jujur, jika kita ingin mengajarkan sopan santun maka kita juga harus berperilaku sopan santun. Didalam alQur’an pun sudah dijelaskan “ata’muruunannaasa bilbirri watansauna anfusakum wa’antum tatluunal kitaab, afalaa ta’qiluun”.
Yang kedua yaitu kita harus memberikan pengertian kepada mereka, yaitu dengan teori-teori kehidupan yang baik yang akan berguna untuk kesuksesan anak di masa depan. Contoh pengertian tentang kejujuran, kedisiplinan, dll. dengan kita memberikan pengertian dengan cara tersebut berarti orang tua harus menambah ilmu-ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara hidup yang baik sehingga mereka cepat dewasa.
Yang ketiga adalah kita harus memberikan penderitaan artificial, yaitu anak dipaksa untuk bekerja dan merasakan penderitaan. Karena penderitaan anak diwaktu kecil akan membangkitkan mental yang berguna untuk masa depan maksudnya untuk menghasilkan seorang anak yang sukses kita tidak boleh memanjakan mereka. Justru mereka harus dilatih hidup penderitaan dan perjuangan mulai dari kecil, sehingga di masa depan mereka mampu menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Penderitaan artificial bukan berarti anak disiksa untuk menderita, tapi bermaksud agar anak dikondisikan serba terbatas dan ada syarat untuk menginginkan sesuatu yaitu sesuai kebutuhan dan untuk memotivasi kearah yang positif dan tidak berlebihan.
Yang keempat yaitu kita harus memberi dorongan kepada anak agar berani mencoba sesuatu. Itu bisa kita ajarkan dengan cara terus menerus memotivasi dan melatih mereka untuk mencoba mengikuti lomba-lomba, seperti lomba pidato, menyanyi, menari, dll agar mereka terbiasa tampil didepan dari kecil sehingga diwaktu dewasa mereka menjadi orang yang pemberani dan pejuang.
Yang kelima adalah konsisten, yaitu memberi peraturan yang tetap kepada anak, sampai mereka mengalami perubahan yang positif dan menjadi kebiasaan. Bila kita tidak konsisten, maka anak semakin membantah ajaran-ajaran kita dan menyepelekan kita, karena tidak ada kepercayaan sama sekali dari mereka, dan mereka seringnya selalu mencari-cari alasan dengan memberi celah untuk bisa melanggar aturan yang telah kita buat, dan itu jangan sampai membuat kita goyah. dan yang lebih parah lagi, perilaku ketidakkonsisten kita dijadikan pedoman hidup bagi anak. Tentunya ini sangat tragis sekali.
Yang keenam adalah bersikap lembut, ini sangat penting untuk kita terapkan karena tidak jarang sekali banyak orang tua yang menasehati anaknya dengan bentakan atau amarah, itu semua bukan malah membuat mereka jera tapi menjadi frustasi, karena anak pada umumnya tidak dapat merespon dengan baik bila kita hadapi mereka dengan bentakan atau amarah. Solusi yang terbaik adalah menghadapi mereka dengan tegas. Jika mereka tetap membangkang kita, maka kita harus mencari jalan yang lain, jika mereka tetap tidak mau setelah kita berusaha semaksimal mungkin, maka kita baru boleh memukul mereka. Karena anak adalah titipan Tuhan untuk kita didik sebaik dan semaksimal mungkin. Kita berperilaku tegas bukan berarti bersikap keras. Seperti yang di terapkan Nabi Muhammad terhadap kaumnya, tapi kewajibannya berbeda dengan mendidik anak. Beliau dalam menghadapi kaumnya yang tidak beriman dengan cara menasehati dengan baik. Jika mereka tidak mau, maka Beliau hanya menyampaikan. Tapi ini bagi kaum jaahiliin, beda dengan anak yang harus di didik semaksimal mungkin. karena dial-Qur’an kita diperintah untuk wa a’ridh anil jaahiliin, maksudnya jika mereka ketika dinasehati tetap berpaling, maka kita harus berpaling dari mereka. Karena tidak mungkin allah menciptakan manusia di dunia ini beriman semua. (walau syaa’a robbuka la’aamana man fil aldhi kulluhum jamii’aa. Afa anta tukrihunnaasa hattaa yakuunuu mu’miniin).
Yang ketujuh adalah kita harus memuji dan membesarkan hati mereka ketika mereka melakukan hal yang positif. Ini dinamakan “labeling”, maksudnya jika kita menganggap mereka hebat, maka mereka akan menjadi lebih semangat atau merasa termotivasi dan bila mereka berbuat buruk, maka mereka akan merasa malu karena sudah dipercaya menjadi orang hebat. Berbeda lagi jika kita mengatakan kepada mereka sesuatu yang buruk, maka mereka akan frustasi, karena mereka sudah merasa tidak dipercaya orang lain dan mereka merasa sia-sia untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Yang kedelapan adalah mnjelaskan kepada mereka maksud dan tujuan yang kita tetapkan kepada mereka, mengapa mereka harus mematuhi peraturan yang telah kita buat. Ini bertujuan agar mereka bisa mengambil pelajaran dan agar mereka bisa menerima atas ajaran-ajaran kita.
Maka dari itu, perlunya kita mendidik anak dari kecil dengan berusaha keras agar pada waktu dewasa mereka mampu berinteraksi dengan masyarakat dengan baik, berjiwa pemimpin, pemberani, pejuang, dan bertanggung jawab.
Penerima Beasiswa Unggulan tahfidh di Monash Institute,