Laporan kegiatan di Monash Institute Semarang
Divisi Internal (Kedisiplinan)
A. Latar Belakang
Kedisiplinan menjadi sebuah tradisi yang harus ada dalam sebuah institusi. Kedisiplinan ditujukan untuk melihat komitmen orang-orang yang berada dalam lembaga tersebut. Disamping itu, ia juga menjadi salah satu indikator keberhasilan seseorang dalam menjalani aktivitas. Tanpa kedisiplinan yang tinggi, mustahil lembaga bisa dikatakan sukses.
Memang kedisiplinan bukan menjadi indikator utama keberhasilan seseorang. Akan tetapi, tanpa semua itu prestasi yang dia miliki tidak akan bisa berjalan dengan baik. Misalkan saja, dalam urusan ketepatan waktu, jika orang pintar tidak bisa ontime dalam masalah waktu, maka kepintarannya akan sia-sia. Sebab, boleh jadi ketika ia diminta mengisi kegiatan, lalu dia terlambat, maka bisa dipastikan orang-orang yang datang dalam kegiatan itu akan kecewa. Jika hal itu terjadi, maka kedepan dia akan sulit untuk diundang orang lagi.
Namun, berbeda ketika ia sudah terbiasa datang tepat waktu, maka dalam kondisi apapun dia akan berusaha untuk tetap ontime. Permasalahan ketepatan waktu inilah yang menjadi salah satu problem di Monash Institute Semarang. Hingga sindrom umat nabi Musa pun terjadi didalamnya. Padahal, selama dua pekan terakhir ini, kedisiplinan di MI sangat ditekankan. Baik itu waktu subuh maupun maghrib. Begitu juga dengan waktu kelas di MI. Akan tetapi, masih banyak dari Disciples MI yang tidak bisa mengikuti aturan yang sudah ada di MI. Hampir 40% dari mereka masih datang terlambat dari waktu yang sudah ditentukan. Seharusnya mereka hadir di MI pukul 04.20 WIB dan 17.50 WIB, tapi masih ada dari mereka yang datang lebih dari pukul tersebut.
B. Hasil Pengamatan
Latar belakang diatas bukan tanpa bukti yang real, akan tetapi memang ada fakta yang menandakan adanya Disciples yang belum bisa berdisiplin dengan baik. Dengan berbagai argumentasi yang mereka kemukakan, termasuk alasan mengikuti jejak senior.
Berikut ini adalah nama-nama yang datang terlambat ke MI selama sepekan terakhir:
1. Selasa, 06 Mei 2014
Subuh:
· Jamal
· Ahmad Hasyim
· Susanti
· Mufidatun Nikmah
· Alfiatur Rochmah
· Niswatul Khoirah
· Runik Rahayu
Maghrib:
· Azizah
· Widyawati
· Mufidatun Nikmah
· Runik Rahayu
· Ulfa Nurul Wahidah
· Luluk Munawarah
2. Rabu, 07 Mei 2014
Subuh:
· Wafirudin
· Mahfud
· Syu’aib
· Munirul Hakim
· M. Najib
· Ulin Nuha
· Kumarudin
· Ibnu Anshori
· Ali Fuadi
· Runik Rahayu
· Umamul Anam
· Muhammad Mahmudi
· Iqbal Arruzi
· Lana
· Khoirun Nikmah
· Ni’am
· Izza
· Ahmad Hasyim
· Adha B.
Maghrib:
· Adha B
· Zamroni
· Aulia
3. Kamis, 08 Mei 2014
Subuh:
· Adha
· Mahmudi
· Mahfud
· Izza
· Lana
· Soleha
· Umamul Anam
4. Jum’at, 09 Mei 2014
Subuh:
· Khoirul Anam
· Huda
· Ahmad Hasyim
· Mahmudi
· Runik
· Munirul Hakim
· Mufidatun Nikmah
· Ulfa Nurul Wahidah
Itulah beberapa nama Disciples Mi yang datang terlambat dari waktu yang sudah ditetapkan.
C. Hambatan
Yang menjadi hambatan saya dalam menegakkan kedisiplinan di Monash Institute adalah karena faktor Disciples sendiri. Padahal, kami dan koordinator perwilayah sudah membangunkan mereka sejak pukul 03.30 WIB. Akan tetapi, masih saja ada yang terlambat. Belum adanya komitmen dari mereka menjadi penyebab penting dalam permasalahan kedisiplinan. Ditambah lagi dengan argumentasi mereka yang meniru tingkah laku senior, menjadi alasan tersendiri bagi mereka.
Disamping itu, jarak PDIT ke AMPI juga menjadi alasan bagi Disciples putra untuk terlambat. Akan tetapi, karena masih ada yang dari LeSAN terlambat, maka argumentasi mereka menjadi runtuh. Inilah beberapa kendala yang menjadi hambatan saya dalam menangani permasalahan kedisiplinan di MI. Saya harap kedepannya, alasan-alasan seperti diatas tidak lagi ada dan para Disciples bisa lebih tertib dan tepat waktu dalam segala hal.
D. Gagasan Kedepan
Melihat masih lemahnya tingkat kedisiplinan di Monash Institute, maka ada beberapa hal yang ingin saya lakukan kedepan, guna memperbaiki permasalahan kedisiplinan yang ada di lingkungan MI, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membangunkan Disciples MI pukul 03.30 WIB, dan apabila mereka tidak bangun sampai pukul 04.00 WIB. Maka akan disiram dengan air.
2. Memberikan hukuman yang mampu membuat mereka jera. Oleh karena hukuman lari saya pandang tidak efektif lagi, maka saya mengusulkan bagi mereka yang terlambat, untuk membayar denda seberan Rp. 5.000; dan Rp. 10.000; bagi yang terlambat Jama’ah.
3. Mewajibkan semua Disciples untuk hadir tepat waktu di MI, yaitu pukul 04.20 untuk subuh dan 17.50 untuk maghrib (bagi mereka yang tidak ada jadual kuliah malam).
Itulah gagasan yang ingin saya lakukan kedepan, agar kedisiplinan di Monash Institute bisa berjalan dengan baik. Gagasan tersebut saya buat, karena melihat hukuman yang ada di Monash Institute selama ini tidak lagi memberikan efek jera bagi Disciples. Sehingga, saya memandang perlu ada aturan dan hukuman baru.
Laporan Divisi Pendidikan periode 11 Mei 2014
Group Mentor Sesuai Pilihan Disciples
No
Aziz
(Menulis dan Nahwu Sharaf)
Uzlifah
(Bahasa Arab)
Zahroh
Alqur’an, Bahasa Arab, Logika
Rosi
Bahasa Arab, nahwu dan Sharaf, Retorika
Ulfah
Bahasa Arab, Alqur’an
Mukhlisin
Menulis, Retorika, Baca kitab, Berorganisasi
Ida
Bahasa Inggris, Alqur’an, Menulis, Retorika
1
Umam
Abidah
N. Husna
Iqbal A.
Alfi
Khilya
Vera A.
2
Sayyidat
Mufida
Luluk R
B. Soffa
Risna
Ulin Nuha
Salamah
3
Dewi K.
Damsuki
F. Ni’mah
Fuadi
Anif N.A.
Susanti
Jami’atun
4
Siti D.A.
Anis
Yaya
Arrum
Aulia R.
Umi A.S.
Niswah
5
Tuty W.
Sholichah
Zaimah
Defina
Anik S.
Jamal
Zulfa A.R.
6
Widyawati
Kumar
Adkha B.
S. Nurul A
M. Hakim
K. Anam
Ulfa N.W
7
N. Diah F.
Khoirun N.
Jannah
Syaiful A.
Diana S.
8
Runik R
Lana
Rika
Ibnu A.
9
Mia R.S.
Milla Z.
Wafi
10
Arif R.H
Ni’am
11
Inayah M.
12
Ahmad H.
13
Huda
14
15
Group Mentor Sesuai Pilihan Disciples
No
Aldi
Baca Kitab
Laili M
Bahasa Inggris,
Slamet L.
Qira’ah
Hartini
Menulis
Chamidah
Wirausaha
Su’ud
Retorika
Shobih
Menjadi ketua umum komisariat bayangan
1
Fatiya
H. Barroh
Mahfud F
Lina D
Zamroni
2
Faizah
Mahmudi
3
Aryo
4
Anwar M
5
6
7
8
9
10
Group Mentor Sesuai Pilihan Disciples
No
Kholis
Bersama dengan Shobih
Ihsan
Wirausaha
Iqbal H
Wirausaha
Nyamiatun
Alqur’an
Qayimah
Public speaking
Hidayah
Alqur’an
Sona
Menulis
1
Ruri W
Syu’aib
Faiq M.
Laili Zulfa
Burhan
2
Indah K.N
Hima
Izza
3
Azizah
4
Mairina
5
Luluk M
6
7
Tugas yang harus dilakukan mentor pilihan:
No.
Metode pembelajaran
Standarisasi
Solusi
1
Pembelajaran selama satu bulan dengan spesifik pada satu bahasa sesuai pilihan.
Tes TOEFL (score 450) /
NO
NAMA
25 April 2014
JUZ
11 Mei 2014
JUZ
Widya Wati
1
2
Anwar Musyafa'
2
Laili Zulfa
2
3 (hlm 1)
Nur Diah Fitriani
2
Ruri Wulan Sari
2
Siti Nurul Azizah
2
2 (akhir)
Vera Abdillah
2
Ali Damsuki
2
Alfiyatur Rohmah
2
2 (tengah)
Anif Nur Alfiah
3
3
Azizah
3
3 (hlm 5)
Khoirul Anam
3
3 (hlm 2)
Munirul Hakim
3
3 (akhir)
Syaiful Anwar
3
3 (akhir)
Ulfa Nurul Wahidah
3
Muhammad mahmudi
3
Ahmad Nur hasyim
3
Ibnu Ansori
3
Muhammad Najib
3,5
4
Umamul Anam
3,5
Ahmad Haizun Ni’am
4
4
Indah Khoirotun Nisa'
4
Luluk Munawaroh
4
M. Arif Rohman Hakim
4
Mahfudz Fauzi
4
Millatuz Zulfa
4
4 (hlm 19)
Mufidatun Ni'mah
4
Nurul Huda
4
4
Rif’atul Himmah
4
Salamah
4
4 (hlm 2)
Siti Jamiatun
4
Zulfa Ainur Rohmah
4
Defina Holistica
4
Nur Faizah
4
5 (hlm 2)
Runik Rahayu
4
Tuti Widianingsih
4
4 (hlm 17)
Arum Afifatur
5
5 (akhir)
Burhanuddin
5
Faiqotun Ni’mah
5
Meirina Miawati
5
Wafiruddin
5
6 (hlm 103)
Zaimah
5
Mia Rinekasswara
5
Inayatun Ma’rifah
6
6 (hlm 116)
Iqbal ar-Ruzi
6
6 (hlm 108)
Mirza cholil
6
Muhammad Fuadi
6
6 (hlm 135)
Ni’matul Aabidah
6
Amarta Risna Diah Faza
6
6 (tengah)
Badriyatul Maghfiroh
6
Faiqatul Munirah
6
Lina Desianti
6
Mamluatur Rahmah
6
Anis Afidah
7
Aulia Rahma
7
7 (tengah)
Khoirika Makhmudah
7
7 (tengah)
Nurul Khusna
7
8 (hlm 4)
Umi Alam Sari
8
8 (hlm 3)
Badriyatus shofa
10
11 (akhir)
Lanal Mauludah ZS
13
Diana Susanti
19
M. Sayyidat Thohirin
19
Hamilatul Barroh
20
Siti Nur Khasanah
30
Ina Izzatul Muna
30
Khoirun Ni'mah
30
Muh Ulin Nuha
30
Niswatul Khoiroh
30
Adha Bukhori
4 (hlm 7)
Ahmad Zamroni
Aniqotus So’imah
2
2 (tengah)
Fatimatuzzahro
Jannatun Naimah
5 (hlm 15)
Khilyatun Nufuz
2
Kumarudin
Selamet sudaryono
Susanti
Syu'aib
3 (hlm 5)
NO
NAMA
Jumlah Tulisan
24 April 2014
Jumlah Tulisan
11 Mei 2014
1
Adha Bukhori
2
Ahmad Haizun Ni’am
3
Ahmad Nur hasyim
4
Ahmad Zamroni
5
Alfiyatur Rohmah
6
Ali Damsuki
1
7
Amarta Risna Diah Faza
2
8
Anif Nur Alfiah
9
Aniqotus So’imah
10
Anis Afidah
11
Anwar Musyafa'
12
Arum Afifatur
13
Aulia Rahma
14
Azizah
15
Badriyatul Maghfiroh
16
Badriyatus shofa
17
Burhanuddin
18
Defina Holistica
19
Diana Susanti
20
Faiqatul Munirah
21
Faiqotun Ni’mah
22
Fatimatuzzahro
23
Hamilatul Barroh
24
Ibnu Ansori
25
Ina Izzatul Muna
26
Inayatun Ma’rifah
27
Indah Khoirotun Nisa'
28
Iqbal ar-Ruzi
29
Jannatun Naimah
30
Khilyatun Nufuz
31
Khoirika Makhmudah
32
Khoirul Anam
33
Khoirun Ni'mah
34
Kumarudin
35
Laili Zulfa
36
Lanal Mauludah ZS
37
Lina Desianti
38
Luluk Munawaroh
1
39
M. Arif Rohman Hakim
1
40
M. Sayyidat Thohirin
41
Mahfudz Fauzi
1
42
Mamluatur Rahmah
43
Meirina Miawati
44
Mia Rinekasswara
45
Millatuz Zulfa
46
Mirza cholil
47
Mufidatun Ni'mah
48
Muh Ulin Nuha
49
Muhammad Fuadi
1
50
Muhammad mahmudi
51
Muhammad Najib
2
52
Munirul Hakim
53
Ni’matul Aabidah
54
Niswatul Khoiroh
55
Nur Diah Fitriani
56
Nur Faizah
57
Nurul Huda
58
Nurul Khusna
59
Rif’atul Himmah
60
Runik Rahayu
61
Ruri Wulan Sari
62
Salamah
63
Selamet sudaryono
64
Siti Jamiatun
65
Siti Nur Khasanah
66
Siti Nurul Azizah
67
Susanti
68
Syaiful Anwar
1
69
Syu'aib
70
Tuti Widianingsih
71
Ulfa Nurul Wahidah
72
Umamul Anam
73
Umi Alam Sari
74
Vera Abdillah
75
Wafiruddin
76
Widya Wati
77
Zaimah
78
Zulfa Ainur Rohmah
Usaha Tempe part II
I. Pendahuluan
Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang terbuat dari kedelai. Selain harganya terjangkau, tempe juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Sehingga, tidak heran apabila sampai saat ini, tempe masih diminati banyak kalangan.
Selain itu, tempe tidak hanya dicari oleh ibu-ibu rumah tangga untuk konsumsi pribadi saja, akan tetapi juga dibutuhkan para penjual nasi kucing yang berserakan dipinggir jalan. Mereka membutuhkan tempe untuk diolah menjadi berbagai bentuk makanan, seperti gorengan, kering tempe, sayur tempe dan sebagainya.
Di pasar Jerakah dan Ngaliyan misalnya, penjual tempe juga masih sangat sedikit. Hanya segelintir orang saja. Itupun, tempe yang dijual tidak banyak, melainkan sedikit. Di samping itu, pembeli yang ada di Ngaliyan khususnya, agaknya sedikit malas untuk sekedar keluar pergi ke pasar dan membeli kebutuhan pokok. Mereka biasanya menunggu penjual sayur keliling yang lewat depan rumahnya, kemudian baru mau beli. Atau kalau tidak seperti itu, mereka seminggu atau sebulan sekali pergi ke pasar dan membeli banyak barang yang dibutuhkan, untuk persediaan jangka panjang.
Nah, penulis (kami) yang tinggal di Tanjung Sari-Ngaliyan, melihat banyak warung makan dan ibu-ibu yang setiap pagi menunggu penjual sayur keliling, untuk sekedar membeli tempe, tahu, atau yang lain. Sehingga, pikir penulis, sangat cocok dan bisa dijadikan peluang berbisnis tempe keliling, mengantar ke rumah mereka masing-masing, tanpa membuat mereka harus repot menunggu penjual atau pergi ke pasar.
Selain itu, penulis juga memiliki teman yang saat ini bekerja menjadi karyawan kantin kampus II IAIN Walisongo Semarang, yang sudah barang tentu kantin tersebut, salah satunya membutuhkan tempe. Barangkali bisa disinergikan. Sebab yang dijual adalah gorengan, sayur tempe, dan kripik-kripik lain yang terbuat dari tempe.
Penulis juga memiliki banyak saudara di Asrama, yang siap menjadi penjual baru gorengan, dan mendistribusikan tempe yang kami buat. Saya pikir, semua bisa disinergikan. Apabila ada kemauan dari masing-masing pihak. Sehingga, satu sama lain saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).
Sebenarnya, ini merupakan usaha yang kedua, atau lanjutan dari yang kemaren sudah pernah kami lakukan. Sempat berhenti lama, karena tempe yang kami buat selalu menuai kegagalan. Sehingga, kami agak sedikit “ngambek” dan enggan melanjutkan lagi. Selain itu, juga terkendala modal. Sebab, modal tempe yang kemaren, belum sepenuhnya terbayar. Jadi, kami juga agak rikuh ketika akan memulai dari nol lagi.
Namun, melihat kondisi yang ada, mulai dari pertimbangan ekonomi pribadi, melihat peluang yang ada, serta desakan-desakan yang sangat kuat dari berbagai pihak, kami bersikukuh untuk melanjutkan kembali usaha tempe yang pernah terealisasikan sebelumnya. Walaupun pada dasarnya, jika tidak ada pressure pun kami juga memiliki planning ke depan untuk melanjutkan bisnis tempe lagi.
II. Penaggung jawab usaha
- Nur Kholis
- Mukhlisin
- Shobih al-Muayyad
III. Peralatan membuat tempe
- Ember
- Saringan
- Kompor Gas
- Tampah
- Plastik
- Wakul
- Karung; untuk mengeringkan tempe ketika akan diberi ragi
IV. Bahan dasar tempe
- Kedelai
- Ragi
V. Modal
Jika sebelumnya dalam membuat tempe kami mengeluarkan modal dari dana pribadi Rp 250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), hutang Lazis Basis sebesar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah) dan ditambah Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah) dari pak Nasih, untuk saat ini modal hanya bersumber dari dana pinjaman yang diberikan sdr. Su’ud kepada kami sebesar Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah). Dana yang dipinjamkan sdr. Su’ud kepada kami, berasal dari beasiswa DIPA yang didapat dari kampus. Dan kami berencana mengembalikan dana tersebut dari beasiswa DIPA pula.
VI. Peralatan dan bahan yang sudah terbeli
- Kedelai 10 Kg @per kilo Rp 10.000
- Dunyak @20.000
- Ragi tempe @11.000
- Gas LPG @16.000
- Lain-lain (termasuk transportasi)
NB: Selain bahan dan peralatan di atas, kami juga harus mengeluarkan uang bensin ketika kulakan ke pasar Johar.
VII. Peralatan yang belum terbeli
- Ember besar
- Tampah
- Plastik
- Wakul
VIII. Peluang bisnis
Melihat kondisi pasar yang ada, serta para penjual nasi dan pedagang kaki lima kian menggurita, dan masyarakat yang ada di Ngaliyan khususnya, tempe masih sangat dibutuhkan oleh mereka. Tempe bisa dijadikan sebagai kripik, gorengan, sayur (jangan=Jawa), kering, atau digunakan sebagai lauk (konsumsi pribadi) serta masih banyak yang lain.
Sehingga, menurut kami, peluang yang ada masih sangat mendukung/atau memungkinkan laku keras. Barangkali yang perlu mendapat perhatian serius adalah soal kualitas. Sebab, walaupun sedikit, kualitas tempe yang ada di pasaran sangat baik. Belum lagi apabila ada teman-teman yang tertarik untuk berbisnis membuat gorengan, dan mengambil tempe dari kami, itulah salah satu harapan.
Divisi Internal (Kedisiplinan)
A. Latar Belakang
Kedisiplinan menjadi sebuah tradisi yang harus ada dalam sebuah institusi. Kedisiplinan ditujukan untuk melihat komitmen orang-orang yang berada dalam lembaga tersebut. Disamping itu, ia juga menjadi salah satu indikator keberhasilan seseorang dalam menjalani aktivitas. Tanpa kedisiplinan yang tinggi, mustahil lembaga bisa dikatakan sukses.
Memang kedisiplinan bukan menjadi indikator utama keberhasilan seseorang. Akan tetapi, tanpa semua itu prestasi yang dia miliki tidak akan bisa berjalan dengan baik. Misalkan saja, dalam urusan ketepatan waktu, jika orang pintar tidak bisa ontime dalam masalah waktu, maka kepintarannya akan sia-sia. Sebab, boleh jadi ketika ia diminta mengisi kegiatan, lalu dia terlambat, maka bisa dipastikan orang-orang yang datang dalam kegiatan itu akan kecewa. Jika hal itu terjadi, maka kedepan dia akan sulit untuk diundang orang lagi.
Namun, berbeda ketika ia sudah terbiasa datang tepat waktu, maka dalam kondisi apapun dia akan berusaha untuk tetap ontime. Permasalahan ketepatan waktu inilah yang menjadi salah satu problem di Monash Institute Semarang. Hingga sindrom umat nabi Musa pun terjadi didalamnya. Padahal, selama dua pekan terakhir ini, kedisiplinan di MI sangat ditekankan. Baik itu waktu subuh maupun maghrib. Begitu juga dengan waktu kelas di MI. Akan tetapi, masih banyak dari Disciples MI yang tidak bisa mengikuti aturan yang sudah ada di MI. Hampir 40% dari mereka masih datang terlambat dari waktu yang sudah ditentukan. Seharusnya mereka hadir di MI pukul 04.20 WIB dan 17.50 WIB, tapi masih ada dari mereka yang datang lebih dari pukul tersebut.
B. Hasil Pengamatan
Latar belakang diatas bukan tanpa bukti yang real, akan tetapi memang ada fakta yang menandakan adanya Disciples yang belum bisa berdisiplin dengan baik. Dengan berbagai argumentasi yang mereka kemukakan, termasuk alasan mengikuti jejak senior.
Berikut ini adalah nama-nama yang datang terlambat ke MI selama sepekan terakhir:
1. Selasa, 06 Mei 2014
Subuh:
· Jamal
· Ahmad Hasyim
· Susanti
· Mufidatun Nikmah
· Alfiatur Rochmah
· Niswatul Khoirah
· Runik Rahayu
Maghrib:
· Azizah
· Widyawati
· Mufidatun Nikmah
· Runik Rahayu
· Ulfa Nurul Wahidah
· Luluk Munawarah
2. Rabu, 07 Mei 2014
Subuh:
· Wafirudin
· Mahfud
· Syu’aib
· Munirul Hakim
· M. Najib
· Ulin Nuha
· Kumarudin
· Ibnu Anshori
· Ali Fuadi
· Runik Rahayu
· Umamul Anam
· Muhammad Mahmudi
· Iqbal Arruzi
· Lana
· Khoirun Nikmah
· Ni’am
· Izza
· Ahmad Hasyim
· Adha B.
Maghrib:
· Adha B
· Zamroni
· Aulia
3. Kamis, 08 Mei 2014
Subuh:
· Adha
· Mahmudi
· Mahfud
· Izza
· Lana
· Soleha
· Umamul Anam
4. Jum’at, 09 Mei 2014
Subuh:
· Khoirul Anam
· Huda
· Ahmad Hasyim
· Mahmudi
· Runik
· Munirul Hakim
· Mufidatun Nikmah
· Ulfa Nurul Wahidah
Itulah beberapa nama Disciples Mi yang datang terlambat dari waktu yang sudah ditetapkan.
C. Hambatan
Yang menjadi hambatan saya dalam menegakkan kedisiplinan di Monash Institute adalah karena faktor Disciples sendiri. Padahal, kami dan koordinator perwilayah sudah membangunkan mereka sejak pukul 03.30 WIB. Akan tetapi, masih saja ada yang terlambat. Belum adanya komitmen dari mereka menjadi penyebab penting dalam permasalahan kedisiplinan. Ditambah lagi dengan argumentasi mereka yang meniru tingkah laku senior, menjadi alasan tersendiri bagi mereka.
Disamping itu, jarak PDIT ke AMPI juga menjadi alasan bagi Disciples putra untuk terlambat. Akan tetapi, karena masih ada yang dari LeSAN terlambat, maka argumentasi mereka menjadi runtuh. Inilah beberapa kendala yang menjadi hambatan saya dalam menangani permasalahan kedisiplinan di MI. Saya harap kedepannya, alasan-alasan seperti diatas tidak lagi ada dan para Disciples bisa lebih tertib dan tepat waktu dalam segala hal.
D. Gagasan Kedepan
Melihat masih lemahnya tingkat kedisiplinan di Monash Institute, maka ada beberapa hal yang ingin saya lakukan kedepan, guna memperbaiki permasalahan kedisiplinan yang ada di lingkungan MI, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membangunkan Disciples MI pukul 03.30 WIB, dan apabila mereka tidak bangun sampai pukul 04.00 WIB. Maka akan disiram dengan air.
2. Memberikan hukuman yang mampu membuat mereka jera. Oleh karena hukuman lari saya pandang tidak efektif lagi, maka saya mengusulkan bagi mereka yang terlambat, untuk membayar denda seberan Rp. 5.000; dan Rp. 10.000; bagi yang terlambat Jama’ah.
3. Mewajibkan semua Disciples untuk hadir tepat waktu di MI, yaitu pukul 04.20 untuk subuh dan 17.50 untuk maghrib (bagi mereka yang tidak ada jadual kuliah malam).
Itulah gagasan yang ingin saya lakukan kedepan, agar kedisiplinan di Monash Institute bisa berjalan dengan baik. Gagasan tersebut saya buat, karena melihat hukuman yang ada di Monash Institute selama ini tidak lagi memberikan efek jera bagi Disciples. Sehingga, saya memandang perlu ada aturan dan hukuman baru.
Laporan Divisi Pendidikan periode 11 Mei 2014
Group Mentor Sesuai Pilihan Disciples
No
Aziz
(Menulis dan Nahwu Sharaf)
Uzlifah
(Bahasa Arab)
Zahroh
Alqur’an, Bahasa Arab, Logika
Rosi
Bahasa Arab, nahwu dan Sharaf, Retorika
Ulfah
Bahasa Arab, Alqur’an
Mukhlisin
Menulis, Retorika, Baca kitab, Berorganisasi
Ida
Bahasa Inggris, Alqur’an, Menulis, Retorika
1
Umam
Abidah
N. Husna
Iqbal A.
Alfi
Khilya
Vera A.
2
Sayyidat
Mufida
Luluk R
B. Soffa
Risna
Ulin Nuha
Salamah
3
Dewi K.
Damsuki
F. Ni’mah
Fuadi
Anif N.A.
Susanti
Jami’atun
4
Siti D.A.
Anis
Yaya
Arrum
Aulia R.
Umi A.S.
Niswah
5
Tuty W.
Sholichah
Zaimah
Defina
Anik S.
Jamal
Zulfa A.R.
6
Widyawati
Kumar
Adkha B.
S. Nurul A
M. Hakim
K. Anam
Ulfa N.W
7
N. Diah F.
Khoirun N.
Jannah
Syaiful A.
Diana S.
8
Runik R
Lana
Rika
Ibnu A.
9
Mia R.S.
Milla Z.
Wafi
10
Arif R.H
Ni’am
11
Inayah M.
12
Ahmad H.
13
Huda
14
15
Group Mentor Sesuai Pilihan Disciples
No
Aldi
Baca Kitab
Laili M
Bahasa Inggris,
Slamet L.
Qira’ah
Hartini
Menulis
Chamidah
Wirausaha
Su’ud
Retorika
Shobih
Menjadi ketua umum komisariat bayangan
1
Fatiya
H. Barroh
Mahfud F
Lina D
Zamroni
2
Faizah
Mahmudi
3
Aryo
4
Anwar M
5
6
7
8
9
10
Group Mentor Sesuai Pilihan Disciples
No
Kholis
Bersama dengan Shobih
Ihsan
Wirausaha
Iqbal H
Wirausaha
Nyamiatun
Alqur’an
Qayimah
Public speaking
Hidayah
Alqur’an
Sona
Menulis
1
Ruri W
Syu’aib
Faiq M.
Laili Zulfa
Burhan
2
Indah K.N
Hima
Izza
3
Azizah
4
Mairina
5
Luluk M
6
7
Tugas yang harus dilakukan mentor pilihan:
- Mengetahui keinginan dan kemauan yang akan dicapai oleh disciples
- Mengarahkan dan memonitoring disciples.
- Bagi mentor yang tidak terpilih (Nyamiatun, Chamidah, Kholis, dan Shobih) membantu mentor yang lain.
- Ingin mengikuti jejak langkah dan menjadikan uswah mentor yang telah dipilihnya
- Mentor yang dipilih memiliki potensi dan sebagai mediator untuk menyalukan bakat dan minat disciples.
- Bahasa Arab dan Inggris
No.
Metode pembelajaran
Standarisasi
Solusi
1
Pembelajaran selama satu bulan dengan spesifik pada satu bahasa sesuai pilihan.
Tes TOEFL (score 450) /
- Diulang 1 kali lagi.
- Pindah bahasa lain
- Membayar kursus bahasa arab/inggris hingga dapat mencapai standard yang telah ditentukan.
- Hafalan
NO
NAMA
25 April 2014
JUZ
11 Mei 2014
JUZ
Widya Wati
1
2
Anwar Musyafa'
2
Laili Zulfa
2
3 (hlm 1)
Nur Diah Fitriani
2
Ruri Wulan Sari
2
Siti Nurul Azizah
2
2 (akhir)
Vera Abdillah
2
Ali Damsuki
2
Alfiyatur Rohmah
2
2 (tengah)
Anif Nur Alfiah
3
3
Azizah
3
3 (hlm 5)
Khoirul Anam
3
3 (hlm 2)
Munirul Hakim
3
3 (akhir)
Syaiful Anwar
3
3 (akhir)
Ulfa Nurul Wahidah
3
Muhammad mahmudi
3
Ahmad Nur hasyim
3
Ibnu Ansori
3
Muhammad Najib
3,5
4
Umamul Anam
3,5
Ahmad Haizun Ni’am
4
4
Indah Khoirotun Nisa'
4
Luluk Munawaroh
4
M. Arif Rohman Hakim
4
Mahfudz Fauzi
4
Millatuz Zulfa
4
4 (hlm 19)
Mufidatun Ni'mah
4
Nurul Huda
4
4
Rif’atul Himmah
4
Salamah
4
4 (hlm 2)
Siti Jamiatun
4
Zulfa Ainur Rohmah
4
Defina Holistica
4
Nur Faizah
4
5 (hlm 2)
Runik Rahayu
4
Tuti Widianingsih
4
4 (hlm 17)
Arum Afifatur
5
5 (akhir)
Burhanuddin
5
Faiqotun Ni’mah
5
Meirina Miawati
5
Wafiruddin
5
6 (hlm 103)
Zaimah
5
Mia Rinekasswara
5
Inayatun Ma’rifah
6
6 (hlm 116)
Iqbal ar-Ruzi
6
6 (hlm 108)
Mirza cholil
6
Muhammad Fuadi
6
6 (hlm 135)
Ni’matul Aabidah
6
Amarta Risna Diah Faza
6
6 (tengah)
Badriyatul Maghfiroh
6
Faiqatul Munirah
6
Lina Desianti
6
Mamluatur Rahmah
6
Anis Afidah
7
Aulia Rahma
7
7 (tengah)
Khoirika Makhmudah
7
7 (tengah)
Nurul Khusna
7
8 (hlm 4)
Umi Alam Sari
8
8 (hlm 3)
Badriyatus shofa
10
11 (akhir)
Lanal Mauludah ZS
13
Diana Susanti
19
M. Sayyidat Thohirin
19
Hamilatul Barroh
20
Siti Nur Khasanah
30
Ina Izzatul Muna
30
Khoirun Ni'mah
30
Muh Ulin Nuha
30
Niswatul Khoiroh
30
Adha Bukhori
4 (hlm 7)
Ahmad Zamroni
Aniqotus So’imah
2
2 (tengah)
Fatimatuzzahro
Jannatun Naimah
5 (hlm 15)
Khilyatun Nufuz
2
Kumarudin
Selamet sudaryono
Susanti
Syu'aib
3 (hlm 5)
- Tulisan di media massa.
NO
NAMA
Jumlah Tulisan
24 April 2014
Jumlah Tulisan
11 Mei 2014
1
Adha Bukhori
2
Ahmad Haizun Ni’am
3
Ahmad Nur hasyim
4
Ahmad Zamroni
5
Alfiyatur Rohmah
6
Ali Damsuki
1
7
Amarta Risna Diah Faza
2
8
Anif Nur Alfiah
9
Aniqotus So’imah
10
Anis Afidah
11
Anwar Musyafa'
12
Arum Afifatur
13
Aulia Rahma
14
Azizah
15
Badriyatul Maghfiroh
16
Badriyatus shofa
17
Burhanuddin
18
Defina Holistica
19
Diana Susanti
20
Faiqatul Munirah
21
Faiqotun Ni’mah
22
Fatimatuzzahro
23
Hamilatul Barroh
24
Ibnu Ansori
25
Ina Izzatul Muna
26
Inayatun Ma’rifah
27
Indah Khoirotun Nisa'
28
Iqbal ar-Ruzi
29
Jannatun Naimah
30
Khilyatun Nufuz
31
Khoirika Makhmudah
32
Khoirul Anam
33
Khoirun Ni'mah
34
Kumarudin
35
Laili Zulfa
36
Lanal Mauludah ZS
37
Lina Desianti
38
Luluk Munawaroh
1
39
M. Arif Rohman Hakim
1
40
M. Sayyidat Thohirin
41
Mahfudz Fauzi
1
42
Mamluatur Rahmah
43
Meirina Miawati
44
Mia Rinekasswara
45
Millatuz Zulfa
46
Mirza cholil
47
Mufidatun Ni'mah
48
Muh Ulin Nuha
49
Muhammad Fuadi
1
50
Muhammad mahmudi
51
Muhammad Najib
2
52
Munirul Hakim
53
Ni’matul Aabidah
54
Niswatul Khoiroh
55
Nur Diah Fitriani
56
Nur Faizah
57
Nurul Huda
58
Nurul Khusna
59
Rif’atul Himmah
60
Runik Rahayu
61
Ruri Wulan Sari
62
Salamah
63
Selamet sudaryono
64
Siti Jamiatun
65
Siti Nur Khasanah
66
Siti Nurul Azizah
67
Susanti
68
Syaiful Anwar
1
69
Syu'aib
70
Tuti Widianingsih
71
Ulfa Nurul Wahidah
72
Umamul Anam
73
Umi Alam Sari
74
Vera Abdillah
75
Wafiruddin
76
Widya Wati
77
Zaimah
78
Zulfa Ainur Rohmah
Usaha Tempe part II
I. Pendahuluan
Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang terbuat dari kedelai. Selain harganya terjangkau, tempe juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Sehingga, tidak heran apabila sampai saat ini, tempe masih diminati banyak kalangan.
Selain itu, tempe tidak hanya dicari oleh ibu-ibu rumah tangga untuk konsumsi pribadi saja, akan tetapi juga dibutuhkan para penjual nasi kucing yang berserakan dipinggir jalan. Mereka membutuhkan tempe untuk diolah menjadi berbagai bentuk makanan, seperti gorengan, kering tempe, sayur tempe dan sebagainya.
Di pasar Jerakah dan Ngaliyan misalnya, penjual tempe juga masih sangat sedikit. Hanya segelintir orang saja. Itupun, tempe yang dijual tidak banyak, melainkan sedikit. Di samping itu, pembeli yang ada di Ngaliyan khususnya, agaknya sedikit malas untuk sekedar keluar pergi ke pasar dan membeli kebutuhan pokok. Mereka biasanya menunggu penjual sayur keliling yang lewat depan rumahnya, kemudian baru mau beli. Atau kalau tidak seperti itu, mereka seminggu atau sebulan sekali pergi ke pasar dan membeli banyak barang yang dibutuhkan, untuk persediaan jangka panjang.
Nah, penulis (kami) yang tinggal di Tanjung Sari-Ngaliyan, melihat banyak warung makan dan ibu-ibu yang setiap pagi menunggu penjual sayur keliling, untuk sekedar membeli tempe, tahu, atau yang lain. Sehingga, pikir penulis, sangat cocok dan bisa dijadikan peluang berbisnis tempe keliling, mengantar ke rumah mereka masing-masing, tanpa membuat mereka harus repot menunggu penjual atau pergi ke pasar.
Selain itu, penulis juga memiliki teman yang saat ini bekerja menjadi karyawan kantin kampus II IAIN Walisongo Semarang, yang sudah barang tentu kantin tersebut, salah satunya membutuhkan tempe. Barangkali bisa disinergikan. Sebab yang dijual adalah gorengan, sayur tempe, dan kripik-kripik lain yang terbuat dari tempe.
Penulis juga memiliki banyak saudara di Asrama, yang siap menjadi penjual baru gorengan, dan mendistribusikan tempe yang kami buat. Saya pikir, semua bisa disinergikan. Apabila ada kemauan dari masing-masing pihak. Sehingga, satu sama lain saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).
Sebenarnya, ini merupakan usaha yang kedua, atau lanjutan dari yang kemaren sudah pernah kami lakukan. Sempat berhenti lama, karena tempe yang kami buat selalu menuai kegagalan. Sehingga, kami agak sedikit “ngambek” dan enggan melanjutkan lagi. Selain itu, juga terkendala modal. Sebab, modal tempe yang kemaren, belum sepenuhnya terbayar. Jadi, kami juga agak rikuh ketika akan memulai dari nol lagi.
Namun, melihat kondisi yang ada, mulai dari pertimbangan ekonomi pribadi, melihat peluang yang ada, serta desakan-desakan yang sangat kuat dari berbagai pihak, kami bersikukuh untuk melanjutkan kembali usaha tempe yang pernah terealisasikan sebelumnya. Walaupun pada dasarnya, jika tidak ada pressure pun kami juga memiliki planning ke depan untuk melanjutkan bisnis tempe lagi.
II. Penaggung jawab usaha
- Nur Kholis
- Mukhlisin
- Shobih al-Muayyad
III. Peralatan membuat tempe
- Ember
- Saringan
- Kompor Gas
- Tampah
- Plastik
- Wakul
- Karung; untuk mengeringkan tempe ketika akan diberi ragi
IV. Bahan dasar tempe
- Kedelai
- Ragi
V. Modal
Jika sebelumnya dalam membuat tempe kami mengeluarkan modal dari dana pribadi Rp 250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), hutang Lazis Basis sebesar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah) dan ditambah Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah) dari pak Nasih, untuk saat ini modal hanya bersumber dari dana pinjaman yang diberikan sdr. Su’ud kepada kami sebesar Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah). Dana yang dipinjamkan sdr. Su’ud kepada kami, berasal dari beasiswa DIPA yang didapat dari kampus. Dan kami berencana mengembalikan dana tersebut dari beasiswa DIPA pula.
VI. Peralatan dan bahan yang sudah terbeli
- Kedelai 10 Kg @per kilo Rp 10.000
- Dunyak @20.000
- Ragi tempe @11.000
- Gas LPG @16.000
- Lain-lain (termasuk transportasi)
NB: Selain bahan dan peralatan di atas, kami juga harus mengeluarkan uang bensin ketika kulakan ke pasar Johar.
VII. Peralatan yang belum terbeli
- Ember besar
- Tampah
- Plastik
- Wakul
VIII. Peluang bisnis
Melihat kondisi pasar yang ada, serta para penjual nasi dan pedagang kaki lima kian menggurita, dan masyarakat yang ada di Ngaliyan khususnya, tempe masih sangat dibutuhkan oleh mereka. Tempe bisa dijadikan sebagai kripik, gorengan, sayur (jangan=Jawa), kering, atau digunakan sebagai lauk (konsumsi pribadi) serta masih banyak yang lain.
Sehingga, menurut kami, peluang yang ada masih sangat mendukung/atau memungkinkan laku keras. Barangkali yang perlu mendapat perhatian serius adalah soal kualitas. Sebab, walaupun sedikit, kualitas tempe yang ada di pasaran sangat baik. Belum lagi apabila ada teman-teman yang tertarik untuk berbisnis membuat gorengan, dan mengambil tempe dari kami, itulah salah satu harapan.